Rabu, 25 Desember 2013

“Lelaki Tua Berhati Mulia”





“Kak kalau Rehan nggak mau buang sampah, kakak ada marah nggak ma Rehan?” Aku menoleh kebelakang, seorang cewek salah satu anak ambiya kost bertanya padaku. Aku tidak tahu apa maksudnya dia bilang seperti itu, entah karena ia marah atau karena apalah, atau jangan-jangan dia malas, gumamku. “Emm nggak marah, kalau nggak mau ikut buang sampah, Rehan pilih sampah-sampah Rehan aja” dengan mudahnya aku menjawab. “O, ya deh kak, Rehan buang besok malam aja kak ya,” katanya.
Malam itu, sekitar pukul 19.00 WIB, pada kamis malam, kami serombongan anak ambiya cost bersepakat buang sampang bersama. Lokasi tempat pembuangan sampah di seputaran lapangan tugu. Sebagian warga Darussalam yang tidak berlangganan dengan jassa pengangkutan sampah, mereka pun membuang sampah di situ. Dengan semangat yang menggebu, masng-masing dari kami membungkus sampah yang sudah bergunung di belakang kost, dari jenis sampah baru maupun sampah lama sekalipun. Aku sebagai kakak kost yang baik dan imuet-imuet, turut mengkoordinir mereka, agar semua mendapat bagian sampah. Setelah selesai mengumpulkan semua sampah, kami pun siap berangkat menuju lokasi. Masing-masing dari kami mendapatkan bagian sampah satu goni beras berukuran 15 kg.
Otw kami membuat susuana jalan semakin rame, dengan ributnya suara kendaraan yang lewat, ribut pula kami serombongan. Berlari sambil menggeret goni berisi sampah yang bau berbagai macam bau, tertawa lepas sehingga membuat orang-orang menoleh kearah kami. Dari mereka akulah sang juara yang berhasil sampai ketempat tujuan lebih awal. Berjalan dan memandang kedepan, dari kejauhan aku melihat seorang lelaki, dengan diselimuti gelapnya malam tanpa lampu, aku lihat seorang pria berdiri, menunduk, sperti memilih barang-barang bekas, yang biasa kita anggap sampah, bau, tidak berguna, dan menjijikan, kini aku lihat sampah yang berupa barang-barang bekas sedang dipilihnya. Bagi dia, sampah-sampah itulah yang dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Disebelahnya terlihat ada sebuah kendaraan becak sepeda motor. Aku yang pada saat itu sedang merasakan capek karena membawa beratnya sampah, berlari dan mendekati lelaki itu. Pada saat itu seorang adik kost, menyusuliku dengan cepat. Aku bilang padanya, “dulu kakak, setiap habis buang sampah, nggak langsung pulang, kami singgah ke tempat orang jualan bakso goring dulu, duduk-duduk, makan-makan  sekalian lihat orang-orang lewat, bis tu pulang!” “Em enak ya kak, tu ada yang jual gorengan,  Nelis lupa bawa uang” sautnya.
Tiba-tiba terdengar suara “Kenapa nak? Mau kue ya” seorang lelaki yang sudah berumur  bertanya pada kami menggunakan bahasa Aceh, dengan spontan aku menjawab, “ nggak pak!” “Ni ambil aja kalau mau, bapak tahu keuangan anak kost gimana, ambil aja beli kue, berapa mau?” Dia bertanya padaku, “oh, nggak usah pak, makasih.” “ Nggak apa, ambil aja, bapak tahu gimana kondisi keuangan anak kost” dia memaksa kami menerima pemberiaanya. Karena aku lihat dia sangat ikhlas dan ngotot untuk memberikannya kepada kami, aku pun mengambilnya, langsung aku belikan gorengan. Uang  itu memang tidak berjumlah banyak, akan tetapi bagi kami itu hal yang sangat berharga, aku terharu, sungguh mulianya orang tua itu rela memberikan sedikit uangnya untuk kami, padahal kerjaan bapak itu hanya memungut sampah. Karena kami buru-buru, dan ada yang harus kami selesaikan di kost, kami permisi pamit dan mgucapkan terimakasih banyak padanya. Sambil berjalan kami mendo’akannya bersama-sama. Sesampai di kost langsung kami santap gorengan itu.

Kesan: Ternyata masih ada orang seperti itu dalam dunia yang seperti ini. Kurangnya rasa perduli terhadap orang lain, ada yang masih mau berbagi, dan masih ada yang mau menolong. Aku sangat salut pada beliau, menurutku beliau kriteria orangtua yang sangat menyayangi keluarganya. Aku teringat orang tuaku di rumah, ayah dan ibuku tidak bisa mendengar kalau anaknya kehabisan uang diperantauan. kalau mereka tahu aku tidak ada lagi uang jajan. Mereka sedih, dengan segera mengirim uangnya untukku, meskipun mreka harus menahan apa yang hendak mereka inginkan. Ayah dan ibu ku sangat penyayang kepada anak-anaknya, apalagi aku terlahir sebagai anak bungsu. 

Ayah ibu, aku sebagai anakmu, sangat membanggakanmu. Aku akan buktikan kalau aku sangat menyayangimu, akan ku buktikan janjiku padamu.

 Love you mom dad J
For you mom, selamat hari ibu, aku sayang ibu selamanya, you are my everything,
Dan untuk ayah I love u… J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar