“Kak kalau Rehan
nggak mau buang sampah, kakak ada marah nggak ma Rehan?” Aku menoleh
kebelakang, seorang cewek salah satu anak ambiya kost bertanya padaku. Aku
tidak tahu apa maksudnya dia bilang seperti itu, entah karena ia marah atau
karena apalah, atau jangan-jangan dia malas, gumamku. “Emm nggak marah, kalau
nggak mau ikut buang sampah, Rehan pilih sampah-sampah Rehan aja” dengan
mudahnya aku menjawab. “O, ya deh kak, Rehan buang besok malam aja kak ya,”
katanya.
Malam itu, sekitar
pukul 19.00 WIB, pada kamis malam, kami serombongan anak ambiya cost bersepakat
buang sampang bersama. Lokasi tempat pembuangan sampah di seputaran lapangan
tugu. Sebagian warga Darussalam yang tidak berlangganan dengan jassa
pengangkutan sampah, mereka pun membuang sampah di situ. Dengan semangat yang
menggebu, masng-masing dari kami membungkus sampah yang sudah bergunung di
belakang kost, dari jenis sampah baru maupun sampah lama sekalipun. Aku sebagai
kakak kost yang baik dan imuet-imuet, turut mengkoordinir mereka, agar semua
mendapat bagian sampah. Setelah selesai mengumpulkan semua sampah, kami pun siap
berangkat menuju lokasi. Masing-masing dari kami mendapatkan bagian sampah satu
goni beras berukuran 15 kg.
Otw kami membuat susuana
jalan semakin rame, dengan ributnya suara kendaraan yang lewat, ribut pula kami
serombongan. Berlari sambil menggeret goni berisi sampah yang bau berbagai
macam bau, tertawa lepas sehingga membuat orang-orang menoleh kearah kami. Dari
mereka akulah sang juara yang berhasil sampai ketempat tujuan lebih awal.
Berjalan dan memandang kedepan, dari kejauhan aku melihat seorang lelaki,
dengan diselimuti gelapnya malam tanpa lampu, aku lihat seorang pria berdiri,
menunduk, sperti memilih barang-barang bekas, yang biasa kita anggap sampah,
bau, tidak berguna, dan menjijikan, kini aku lihat sampah yang berupa
barang-barang bekas sedang dipilihnya. Bagi dia, sampah-sampah itulah yang
dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Disebelahnya
terlihat ada sebuah kendaraan becak sepeda motor. Aku yang pada saat itu sedang
merasakan capek karena membawa beratnya sampah, berlari dan mendekati lelaki
itu. Pada saat itu seorang adik kost, menyusuliku dengan cepat. Aku bilang
padanya, “dulu kakak, setiap habis buang sampah, nggak langsung pulang, kami
singgah ke tempat orang jualan bakso goring dulu, duduk-duduk, makan-makan sekalian lihat orang-orang lewat, bis tu
pulang!” “Em enak ya kak, tu ada yang jual gorengan, Nelis lupa bawa uang” sautnya.
Tiba-tiba terdengar
suara “Kenapa nak? Mau kue ya” seorang lelaki yang sudah berumur bertanya pada kami menggunakan bahasa Aceh,
dengan spontan aku menjawab, “ nggak pak!” “Ni ambil aja kalau mau, bapak tahu
keuangan anak kost gimana, ambil aja beli kue, berapa mau?” Dia bertanya
padaku, “oh, nggak usah pak, makasih.” “ Nggak apa, ambil aja, bapak tahu
gimana kondisi keuangan anak kost” dia memaksa kami menerima pemberiaanya. Karena
aku lihat dia sangat ikhlas dan ngotot untuk memberikannya kepada kami, aku pun
mengambilnya, langsung aku belikan gorengan. Uang itu memang tidak berjumlah banyak, akan
tetapi bagi kami itu hal yang sangat berharga, aku terharu, sungguh mulianya
orang tua itu rela memberikan sedikit uangnya untuk kami, padahal kerjaan bapak
itu hanya memungut sampah. Karena kami buru-buru, dan ada yang harus kami
selesaikan di kost, kami permisi pamit dan mgucapkan terimakasih banyak padanya.
Sambil berjalan kami mendo’akannya bersama-sama. Sesampai di kost langsung kami
santap gorengan itu.
Kesan: Ternyata masih ada orang seperti itu dalam dunia yang
seperti ini. Kurangnya rasa perduli terhadap orang lain, ada yang masih mau
berbagi, dan masih ada yang mau menolong. Aku sangat salut pada beliau,
menurutku beliau kriteria orangtua yang sangat menyayangi keluarganya. Aku
teringat orang tuaku di rumah, ayah dan ibuku tidak bisa mendengar kalau
anaknya kehabisan uang diperantauan. kalau mereka tahu aku tidak ada lagi uang
jajan. Mereka sedih, dengan segera mengirim uangnya untukku, meskipun mreka
harus menahan apa yang hendak mereka inginkan. Ayah dan ibu ku sangat penyayang
kepada anak-anaknya, apalagi aku terlahir sebagai anak bungsu.
Ayah ibu, aku sebagai
anakmu, sangat membanggakanmu. Aku akan buktikan kalau aku sangat menyayangimu,
akan ku buktikan janjiku padamu.
Love you mom dad J
For you mom, selamat
hari ibu, aku sayang ibu selamanya, you are my everything,
Dan untuk ayah I love
u… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar